34tyv1xcbged9f3lV284rAfx2l4ZKpsUd9hk50mf
Bookmark

Mengenal Mata Uang Kripto dan Teknologi Blockchain

 

Mengenal Kripto by Cryptea

Cryptocurrency atau mata uang kripto merupakan aset digital yang sedang ngetrend beberapa tahun ini. Banyak anak muda yang lebih memilih menyimpan aset mereka dalam crypto, bahkan menjadikan lini usaha untuk mendapatkan keuntungan. Pada kesempatan ini, min Cryptea akan mencoba menjelaskan tentang cryptocurrency dan mekanisme kerjanya.


Apa itu Cryptocurrency?

Cryptocurrency atau mata uang kripto merupakan aset digital terdesentralisasi yang keamanannya menggunakan teknik kriptografi dan dijalankan dengan teknologi blockchain. Ada tiga kunci dari definisi ini, yaitu desentralisasi, kriptografi, dan teknologi blockchain.

Desentralisasi berarti mata uang kripto tidak diatur oleh siapapun dan pihak manapun. Transaksi dalam dunia kripto tidak memerlukan otorisasi pihak sentral manapun, berbeda dengan aset fiat seperti mata uang Rupiah, Euro, dsb. Selanjutnya, kriptografi merupakan teknik atau ilmu menjaga keamanan informasi dengan algoritma matematika. Hal ini memungkinkan terjaminnya identitas pelaku transaksi mata uang kripto. Terakhir teknologi blockchain merupakan teknologi yang dipakai dalam mata uang kripto yang memastikan transaksi tidak dapat diubah.

Teknologi Blockchain

Transaksi dalam cryptocurrency menggunakan teknologi yang dikenal dengan blockchain. Blockchain sebenarnya merupakan sebuah database yang tidak dapat diubah. Mekanismenya dapat dilihat pada infografis berikut ini.

Infografis Blockchain

Setiap dilakukan transaksi yang artinya menambahkan data, maka sama saja dengan menambahkan block ke blockchain. Alurnya, block yang tercipta akan diteruskan ke jaringan node para penambang (miner). Mereka yang berperan dalam mevalidasi transaksi dengan teknik kriptografi yang rumit. Apabila transaksi sudah valid (mencapai konsensus) maka block akan masuk kedalam blockchain. Dalam hal ini, akan dihasilkan sebuah tanda tangan digital yang dikenal dengan hash, dimana dapat digunakan sebagai tanda dari satu transaksi tadi.

Jenis-Jenis Cryptocurrency

Native Coin

Native coin merupakan mata uang kripto yang dibuat bersamaan dengan dibuatnya suatu blockchain. Contohnya Ether (ETH) merupakan native coin dari blockchain Ethereum, BNB merupakan native coin dari Binance Smart Chain, Tron (TRC) merupakan native coin dari Tron Chain, dsb.

Supplay atau banyaknya native coin yang beredar, dipengaruhi oleh para penambang atau miner. Layaknya logam yang perlu ditambang, para miner mendapatkan native coin dari setiap transaksi yang mereka validasi di blockchain tersebut. Simpelnya, disetiap transaksi pada suatu blockchain, maka harus ada fee yang dibayarkan kepada para penambang yang berperan sebagai validator dalam transaksi tersebut.

Lantas, apakah hal ini mempengaruhi harga dari suatu native coin? Tentu saja tidak. Harga dari native coin sepenuhnya dipengaruhi oleh supply dan demand.

Token

Berbeda dengan native coin, token merupakan sebuah mata uang digital yang diciptakan oleh developer atau pengembang suatu projek dalam suatu blockchain. Sehingga, projek-projek ini harus saling memberikan feedback terhadap blockchain yang ditumpanginya, salah satunya dalam bentuk fee transaksi yang dibayarkan. Projek-projek tersebut terbagi dalam segala bidang dan token tersebut sebagai bentuk representasi asetnya.

Contohnya, dalam bidang AI, terdapat projek ChainGPT dengan tokennya CGPT yang berdiri diatas blockchain Binance Smart Chain (BSC). Oleh karena itu, setiap transaksi CGPT akan membutuhkan fee BNB (native coin Binance Smart Chain). Begitupun dengan projek-projek di blockchain lainnya, dan bidang lainnya. Seperti bidang AI, Real World Asset (RWA), Gamefi, Meme, Social Media, Decentralized Finance (DeFi), NFT Market atau Pasar NFT, dsb.




0

Posting Komentar